Rabu, 25 April 2012

MEMBIMBING KESULITAN BELAJAR SISWA

Membimbing Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan Belajar dan Bimbingan BelajarDalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
  1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
  2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
  3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
  4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
  2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
  3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
  4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
  5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
  6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
  7. Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
  8. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
  9. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
  10. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.

Sumber :http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kesulitan-dan-bimbingan-belajar/

SOAL BAHASA INGGRIS

http://www.scribd.com/doc/22543906/Kumpulan-Soal-Bahasa-Inggris

BANK SOAL MATEMATIKA

http://banksoalmatematika.com/
http://soaltes.blogspot.com/

Senin, 23 April 2012

LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: RINGKASA...

LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: RINGKASA...: LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: RINGKASAN MATERI SKL SD BAHASA INDONESIA MENULIS :   STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN ...

LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: RINGKASAN MATERI SKL SD BAHASA INDONESIA MENULIS

LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR CENDEKIA JOGJA: RINGKASAN MATERI SKL SD BAHASA INDONESIA MENULIS:   STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN 2 Menulis 2.   Mengungkapk...

RINGKASAN MATERI SKL SD BAHASA INDONESIA MENULIS





Text Box: Persiapan Ujian Nasional SD
Rangkuman Pelajaran Sesuai SKL
Bidang Studi Bahasa Indonesia
Paket 2
 







STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN 2
Menulis
2.   Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, petunjuk surat, pengumuman dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, paraphrase, serta berbagai karya Sastra untuk berbentuk cerita anak, puisi, dan pantun, secara terpadu, struktur kalimat yang tepat, ejaan, dan pilihan katanya.\
Kemampuan yang Diuji
1.1      Menulis dialog
1.2      Mengisi formulir
1.3      Menggunakan EYD
1.4      Menyusun kalimat majemuk
1.5      Menulis petunjuk pemakaian
1.6      Menggunakan sinonim dan antonim
1.7      Menggunakan imbuhan
1.8      Menyusun paragraph
1.9      Menggunakan EYD
1.10   Menulis/melengkapi pantun
1.11   Menyusun kalimat
1.12   Menulis pengumuman
1.13   Menggunakan/menyunting kata depan
1.14   Menulis iklan
1.15   Menulis teks pidato
1.16   Menulis surat
1.17   Menulis petunujuk pemakaian
1.18   Menuliskan imbuhan
1.19   Mendeskripsikan gambar dengan kalimat yang tepat
1.20   Menyusun laporan
1.21   Menuliskan ringkasan
1.22   Mengurutkan gambar seri
Indikator
1.22.1   Disajikan teks dialog yang belum lengkap, siswa dapat melengkapinya dengan kalimat yang tepat.
1.22.2   Siswa dapat mengisi formulir berdasarkan ilustrasi yang disajikan.
1.22.3   Siswa dapat menentukan penulisan kata depan dalam kalimat dengan tepat.
1.22.4   Disajikan 2 kalimat tunggal, siswa dapat menyusunnya menjadi kalimat majemuk dengan tepat.
1.22.5   Disajikan petunjuk pemakaian sesuatu yang acak, siswa dapat mengurutkannya menjadi sebuah petunjuk yang logis.
1.22.6   a.   Disajikan kalimat, siswa dapat menentukan sinonim dari salah satu kata dalam kalimat tersebut dengan tepat.
b.   Disajikan kalimat,siswa dapat menentukan antonim dari salah satu kata dalam kalimat tersebut dengan tepat.
1.22.7   Disajikan kalimat rumpang, siswa dapat melengkapinya dengan kata berimbuhan yang tepat.
1.22.8   a.   Disajikan empat kalimat acak, siswa dapat mengurutkannya menjadi sebuah paragraph yang padu.
b.   Disajikan paragraph rumpang, siswa dapat melengkapinya dengan kalimat yang tepat.
1.22.9   a.   Siswa dapat menentukan kalimat yang menggunakan huruf capital dengan tepat.
b.   Disajikan kalimat tanpa tanda baca, siswa dapat menentukan tanda baca yang tepat.
1.22.10a.   Disajikan pantun yang belum lengkap bagian isinya, siswa dapat melengkapinya dengan baris yang tepat.
b.   Disajikan pantun yang belum lengkap bagian sampirannya, siswa dapat melengkapinya dengan baris yang tepat.
1.22.11a.   Disajikan kalimat, siswa dapat menentukan kalimat lain yang maknanya sama.
b.   Disajikan gambar kegiatan, siswa dapat menentukan kalimat sesuai dengan gambar tersebut.
c.   Disajikan kalimat tidak efektif, siswa dapat menentukan perbaikannya menjadi kalimat efektif.
d.   Siswa dapat menentukan kalimat yang mengungkapkan rasa kagum/kecewa berdasarkan ilustrasi atau gambar yang disajikan.
e.   Disajikan paragraph singkat suatu kegiatan,siswa dapat menentukan kalimat Tanya yang seseuai dengan isinya.
f.    Disajikan teks satu paragraph, siswa dapat menentukan kalimat utamanya.
1.22.12a.   Disajikan pengumuman yang dirumpangkan kalimat pertamanya, siswa dapat melengkapinya dengan tepat.
b.   Disajikan cuplikan pengumuman yang di dalamnya terdapat kalimat tidak efektif, siswa dapat memperbaikinya menjadi kalimat efektif yang tepat.
1.22.13Siswa dapat melengkapi kalimat dengan kata depan yang tepat.
1.22.14Disajikan gambar suatu produk, siswa dapat menentukan kalimat iklan yang tepat.
1.22.15Disajikan bagian isi pidato, siswa dapat:
a.    menentukan kalimat pembuka pidato dengan tepat.
b.    menentukan kalimat penutup pidato dengan tepat.
1.22.16Siswa dapat melengkapi surat dengan kalimat pembuka surat yang tepat.
1.22.17Disajikan gambar sebuah produk, siswa dapat menuliskan petunjuk pemakaiannya dengan jelas.
1.22.18Disajikan kata dasar dalam kalimat,siswa dapat melengkapinya dengan imbuhan yang tepat.
1.22.19Disajikan gambar (benda, hewan, tumbuhan) siswa dapat menentukan kalimat yang berisi deskripsi sesuai dengan gambar.
1.22.20Disajikan data, siswa dapat menulis paragraph laporan singkat  sesuai data tersebut.
1.22.21Disajikan teks satu paragraph, siswa dapat menentukan kaliimatringkasan sesuai isi paragraph.
1.22.22Disajikan empat gambar seri secara acak, siswa dapat mengurutkannya menjadi sebuah cerita yang runtut.

Ringkasan Materi SKL-2
MENULIS
A.   Menulis Dialog
1.    Pengertian Dialog
Dialog adalah kegiatan berbahasa lisan antara dua orang atau lebih. Dialog juga dapat ditulis, yaitu dalam teks wawancara. Dalam teks wawancara dapat menemukan dialog antara pewawancara dengan narasumber. Wawancara adalah tanya jawab dengan seorang (pejabat dan
sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan di layar televisi. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu hal yang perlu diberitakan kepada orang banyak. Wawancara biasanya dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dengan narasumber yang diperkirakan dapat memperkuat masalah yang dijadikan objek wawancara.Dalam cerita pendek dan naskah drama dapat menemukan dialog antartokoh. Dialog tidak selalu berisi tanya jawab seperti wawancara. Dialog juga dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 
2.    Melengkapi Dialog yang belum Lengkap
Dialog atau percakapan dapat terarah jika ada topik atau pokok pembicaraan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Supaya dialog menjadi menarik, maka topik yang diangkat juga harus menarik dan aktual. Artinya, topik itu masih baru dan menyangkut kepentingan orang banyak orang, misalnya pendidikan, kesehatan, dan olahraga.
Dialog memuat pokok-pokok pembicaraan. Dialog yang belum lengkap, dapat diengkapi berdasarkan pokok-pokok yang dibicarakan dalam dialog. Dialog yang belum lengkap tersebut dilengkapi dengan kalimat yang masih relevan dengan pokok pembicaran dalam dialog. Jadi, kalimat yang digunakan untuk melengkapi dialog tersebut masih berkaitan dengan masalah yang dibicarakan dalam dialog.
B.   Mengisi Formulir
1.    Pengertian Formulir
Formulir adalah lembar atau surat yang harus diisi. Pengisian formulir dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan. Informasi itu nantinya dijadikan rujukan bagi berbagai keperluan. Jenis formulir bermacam-macam, di antaranya formulir pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos, daftar riwayat hidup, dan slip tabungan.  
Ketika kamu membaca sebuah buku, kamu biasanya akan menemukan daftar riwayat hidup penulisnya. Dari daftar riwayat hidup, kita akan me ngetahui lebih banyak mengenai perjalanan kehidupan seseorang. Daftar riwayat hidup dapat berbentuk formulir atau berbentuk narasi. Biasanya, formulir daftar riwayat hidup digunakan untuk keperluan mendaftarkan diri atau pelengkap dalam surat lamaran pekerjaan. Hal-hal penting yang tercantum dalam daftar riwayat hidup adalah sebagai berikut.
a.   nama,                                      d.         agama,
b.   tempat tanggal lahir,               e.         alamat,
c.   umur,                                       f.          riwayat pendidikan.
 Selain hal-hal tersebut, dapat pula kamu cantumkan hal lain yang menurutmu perlu, misalnya daftar prestasi, data keluarga, hobi, dan moto hidup.
2.    Bagian Formulir
Secara garis besar formulir terbagi atas tiga bagian.
a.    Bagian kepala, yang berupa lembaga, alamat, nomor telepon.
b.    Bagian tubuh atau isi formulir berupa keterangan yang harus kita isi, seperti:
a.    nama lengkap
b.    jenis kelamin
c.    agama
d.    pendidikan
e.    alamat
f.     nama orang tua
g.    hobi, dan keterangan-keterangan penting lainnya.
c.    Bagian ekor, yang berupa tempat dan tanggal pengisian, tanda tangan, dan nama jelas pengisi.
3.    Tata Cara Pengisian Formulir
Berikut ada beberapa tata cara dalam mengisi formulir.
a.    Dalam mengisi formulir harus benar, jelas, lengkap, dan cermat.
b.    Menggunakan huruf yang jelas, misalnya dengan menggunakan huruf cetak.
c.    Hindarilah coretan-coretan, karena formulir yang penuh coretan akan menimbulkan keraguan.

C.   Menggunakan EYD
  Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik. Pada 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri Saleh. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. EYD memuat kaidah pemakaian huruf capital, pemakaian huruf miring, pemenggalan kata, penulisan kata dasar, penulisan kata ulang, gabungan kata, kata depan, pemakaian unsure serapan, dan penggunaan tanda baca.
Kata depan merupakan kata yang bertugas menghubungkan kata atau bagian kalimat. Macam-macam kata depan, yaitu di, ke, dari, untuk, pada. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
1.      Kata depan di
Kata depan di digunakan untuk menyatakan tempat. Tetapi jika dipakai untuk bertanya bentuknya menjadi di mana.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam kardus.
Bermalam sajalah di sini.
Mereka ada di rumah.
Ayah adalah guru di SD Teladan 1.
Di mana dokter itu bekerja? (Dokter bekerja di rumah sakit.)
2.      Kata depan ke
Kata depan ke digunakan untuk menyatakan tujuan. Ia ikut terjun ke tengah kancah peperangan. Tetapi jika dipakai untuk bertanya bentuknya menjadi ke mana.
Contoh:
Ke mana ayah pergi? (Ayah berangkat ke kantor.)
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Kakak berangkat ke kampus naik sepeda motor.
3.      Kata depan dari
Kata dapan dari menyatakan asal, arah, dan tempat yang telah diketahui sebelumnya.   Tetapi jika dipakai untuk bertanya bentuknya menjadi dari mana.
Contoh:
Ia datang dari Jakarta kemarin.
Dari mana Ibu pulang? (Ibu pulang dari kantor.)
D.   Menyusun Kalimat Majemuk
1.    Pengertian Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang dibentuk oleh dua predikat. Kalimat majemuk disusun dari beberapa kalimat tunggal. Penyusunan kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk dapat menggunakan konjungsi atau kata penghubung. Kalimat majemuk terbagi ke dalam dua jenis yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
2.    Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat
a.    Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan setara atau sederajat. kalimat majemuk setara terdiri atas dua kalimat atau lebih.Kalimat majemuk setara tidak memiliki anak kalimat. Semua unsurnya merupakan induk kalimat. Kalimat majemuk setara ditandai dengan konjungsi lalu, dan kemudian, atau, tetapi, sedangkan, dan sejenisnya.
Contoh:
Diana anak orang kaya tetapi bodoh.
Kalimat di atas terdiri atas dua kalimat, yaitu
a.    Diana anak orang kaya
b.    Diana anak yang bodoh
Apabila kedua kalimat di atas digabung dengan kata tetapi, membentuk kalimat majemuk setara. Diana anak orang kaya tetapi ia anak yang bodoh.
b.    Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang unsure-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya berfungsi sebagai induk kalimat dan yang lainnya sebagai anak kalimat.
Contoh:
Bunga mawar itu diletakkan di dekat pohon yang rimbun, sehingga matahari tidak langsung menyinarinya.
kalimat utama (induk kalimat)                        kalimat sematan (anak kalimat)

E.   Menulis Petunjuk Pemakaian
Petunjuk adalah aturan atau ketentuan yang memberikan arahan atau bimbingan tentang cara melakukan sesuatu. Misalnya petunjuk pemakaian digunakan untuk pedoman seseorang dalam memakai suatu barang, contohnya petunjuk penggunaan obat panas, petunjuk menggunakan kalkulator, petunjuk menggunakan mesin cuci, petunjuk menggunakan benda-benda elektronik, dan sebagainya. Apabila kamu menggunakan petunjuk dengan benar, maka hasilnya dapat maksimal.
Contoh:
Perhatikan beberapa petunjuk penggunaan obat di bawah ini!
1.    Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan
2.    Hati-hati poenggunaan pada penderita darah tinggi atau mempunyai potensi darah tinggi atau stroke, seperti pada penderita berat badan berlebih atau pada penderita usia lanjut.
3.    Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi susah tidur, jantung berdebar dan pusing.
4.    Aturan pakai dalam penggunaan obat
Dewasa                                 : 3 x sehari 2 sendok takar
Anak 6-12 tahun                   : 3 x sehari 1 sendok takar
Anak 2-6 tahun                     : 3 x sehari 1/2 sendok takar
Anak < 2 tahun                     : menurut petunjuk dokter
           
F.   Menggunakan Sinonim dan Antonim
1.    Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki arti sama atau mirip. Kata-kata bersinonim mempunyai makna yang tidak benar-benar sama. Perbedaan makna dalam sinonim terletak pada hal-hal berikut ini.
a.    Makna dasar dan makna tambahannya
b.    Nilai rasanya(makna emotifnya)
c.    Kelaziman pemakaiannya dan
d.    Distribusinya
Contoh:
Perhatikan kata-kata berikut!
Pintar bersinonim dengan pandai
Racun bersinonim dengan bisa
Baju bersinonim dengan pakaian
Hemat bersinonim dengan irit dan cermat                      
Harum bersinonim dengan wangi
Menuliskan sinonim dari salah satu kata, yaitu beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang sama atau mirip. Misalnya kata perempuan bersinonim dengan kata wanita, kata muda bersinonim dengan kata belia, kata wafat bersinonim dengan kata meninggal, dan kata tua bersinonim dengan kata renta.
2.    Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan arti. Arti dari kata-kata berantonim itu saling bertentangan.
Contoh:
Perhatikan kata-kata berikut.
Siang berantonim dengan malam
Tinggi berantonim dengan pendek
Malas berantonim dengan rajin
Muda berantonim dengan tua
Baik berantonim dengan buruk
Menuliskan antonim dari salah satu kata, yaitu sebuah kata yang memiliki arti berlawanan dengan kata lain disebut antonym. Beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia memiliki kata-kata yang berlawanan artinya. Misalnya, kata baik berlawanan dengan kata buruk, kata bagus berlawanan dengan kata jelek, kata muda berlawanan dengan kata tua, kata besar berlawanan dengan kata kecil.

G.  Menggunakan Imbuhan
Imbuhan dapat digunakan untuk menulis sebuah kata atau kalimat. Imbuhan terdiri dari awalan, sisipan, dan akhiran yang ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Awalan  merupakan imbuhan yang dirangkaikan di depan kata. Sisipan merupakan imbuhan yang dirangkaikan di tengah kata. Akhiran merupakan imbuhan yang dirangkaikan di akhir kata.
1.    Imbuhan me-
Imbuhan me- berfungsi membentuk kata kerja aktif.
Perhatikan contoh kata berikut.
mencair, melebar, menyempit, dan memeriksa
Kata-kata tersebut dibentuk dari proses pengimbuhan berikut ini.
  me + cair   ® mencair
  me + lebar  ® melebar
  me + sempit ®   menyempit
  me + periksa ®   memeriksa
Khusus untuk kata-kata dasar yang berhuruf awal  k, p, t, dan  s  jika mendapat imbuhan akan luluh.
Contoh:
me + kunyah   ® mengunyah
me + tulis    ® menulis
Kata kerja berimbuhan me- yang memerlukan kehadiran objek di belakangnya dinamakan kata kerja aktif transitif. Sedangkan kata kerja berimbuhan me- yang tidak memerlukan kehadiran objek dinamakan kata kerja aktif  tak transitif.
Contoh:
Meletus, Meluluhlantakkan, dan Menggelegar.
Di antara ketiga kata kerja berimbuhan me- tersebut ada yang memerlukan kehadiran objek di belakangnya, ada pula yang tidak. Buktinya sebagai berikut.
a.    Gunung Merapi sewaktu-waktu bisa meletus. (tidak memerlukan objek)
b.    Letusan Gunung Merapi bisa meluluhlantakkan penduduk sekitarnya. (memerlukan objek)
c.    Kemarin sekitar pukul 05.50 terdengar bunyi menggelegar. (tidak memerlukan objek).
2.    Imbuhan me(N)-
Imbuhan me(N)- memiliki makna sebagai berikut.
  1. Melakukan perbuatan
Contoh: mengambil, menjual, mencari
  1. Melakukan perbuatan dengan alat
Contoh: mengail, menyabir, mencangkul
  1. Menjadi atau dalam keadaan
Contoh: menurun, meluap, meninggi
  1. Membuat kesan, seolah-olah
Contoh:  membisu, mengalah
  1. Menuju ke
Contoh: mendarat, menepi
  1. Mencari
Contoh: mendamar, merotan
3.    Imbuhan ber-
Menggunakan imbuhan ber-, perhatikan contoh kata berlari dan kata berjalan. Kedua kata tersebut mendapat imbuhan ber-. Jika tidak mendapat imbuhan, kata tersebut berasal dari kata dasar lari dan jalan.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
a.    Andi berenang di sungai.
b.    Ayahku sedang berlatih karate.
Kedua kalimat di atas sama-sama menggunakan imbuhan ber-, yakni:
a.    ber- + renang = berenang
b.    ber- + latih = berlatih
Arti Awalan ber- sebagai berikut.
a.    Berarti memakai
Contoh:
Yang berbaju merah itu adikku.
b.    Berarti mengendarai
Contoh:
Paman berkuda mengelilingi kebun teh.
Kakek dan Nenek berkereta ke Bandung.
c.    Berarti melakukan
Contoh:
Guru-guru SD sekecamatan bertamasya.
Anak-anak bernyanyi bersama ketika akan pulang sekolah.
H.   Menyusun Paragraf
1.    Pengertian Paragraf
Paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan, biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru; alinea. Paragraf yang baik terdiri atas dua bagian, yakni kalimat utama dan kalimat penjelas.
a.    Kalimat utama adalah kalimat pokok atau kalimat yang menjadi dasar pengembangan paragraph. Letaknya mungki pada bagian awal atau pada akhir paragraph.
b.    Kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan atau menguraikan kalimat utama. Kalimat penjelas pada umumnya lebih dari satu buah.
2.    Bentuk-bentuk Paragarf
Setiap paragraf pasti memiliki pikiran utama atau gagasan utama. Kamu dapat menemukan gagasan utama di awal paragraf, akhir paragraf atau di awal dan di akhir paragraf. Paragraf-paragraf tersebut adalah sebagai berikut.
a.    Paragraf Deduktif merupakan paragraf di mana gagasan utamanya terletak di awal paragraf.
b.    Paragraf Induktif merupakan paragraf di mana di mana gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.
c.    Paragraf Deduktif-Induktif merupakan paragraf di mana di mana gagasan utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf.
I.      Menggunakan EYD
Penggunaan EYD disini misalnya pada penggunaan huruf capital dan tanda baca. Huruf kapital dapat digunakan sebagai berikut.
1.    Huruf Kapital
a.    Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat.
Contoh:
Selain buku juga penggaris yang dijual.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Mobil itu berjalan dengan cepat.
b.    Huruf  capital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Ibu bertaya, “Kapan Yuni pergi?”
“Kemarin yuni bertengkar dengan Dwi” kata Diana.
Pak Wanto berseru, “Rosid harus giat bekerja supaya memiliki tabungan yang banyak.”
c.    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.